Sebagai perajut yang menjadikan hobi sebagai bisnis, saya sering dilempari pertanyaan oleh sesama kawan perajut yang mungkin baru memulai untuk membisniskan hobinya dengan menerima pesanan produk tertentu. Atau sesama perajut yang sudah lama membuka pesanan tetapi baru akan menerima pesanan tertentu.
Seringnya mereka bertanya "Dijual segini, kemahalan gak ya?" atau "Dijual segitu, kemurahan gak sih?", "Berapa ya kira-kira pasarannya?", "Standar harganya berapa sih?" dan masiiiiih baaaanyak lagi.
Sejujurnya, alasan saya tidak menulis berapa harga jual produk saya adalah bukan karena takut harga jual saya disaingi, ditandingi dengan lebih mahal/murah, atau dijadikan acuan harga oleh perajut lain. Melainkan karena kebanyakan produk yang saya buat adalah made by order (pesan dulu, baru kemudian dibuatkan) dan karena made by order itulah, tidak sedikit calon konsumen datang dengan sederet permintaan tambahan atau perubahan dari gambar hasil yang sudah pernah saya buat maupun gambar contoh yang mereka temukan sendiri. Perubahan tersebut tidak hanya mencakup pada perubahan warna, tetapi juga ukuran, model maupun material. Itu sebabnya, konsumen yang serius chat order dengan saya, biasanya akan saya jelaskan berapa harga produk yang dimaksud, dan berapa estimasi harga baru dengan tambahan atau perubahan yang mereka inginkan. Karena perubahan jelas akan mempengaruhi harga final.
Biasanya, konsumen akan mundur teratur kalau dirasa harga yang saya patok terlalu mahal. Tidak sedikit juga yang tega menawar separuh harga, atau free ongkos kirim maupun tambahan ini itu secara gratis. Tetapi kalau harganya murah meriah, bukankah material yang dipakai juga yang murahan? Apa tidak sayang tenaga sewaktu mengerjakan? Atau tidak sayang kalau nantinya mudah usang? Sebaliknya, perajut yang baik apabila berani mematok harga jual tinggi, tentu tidak sayang menggunakan material yang berkualitas baik untuk hasil akhir yang juga pasti baik. Belum lagi bonus tambahan hasil coba-coba pola dan benang jenis baru di akhir kalau konsumennya tidak remel :P
Perubahan, tentu membedakan harga. Kita tidak bisa memukul rata semua harga. Misal contoh sederhana, sebuah topi rajut bayi polos dijual seharga Rp.50.000,- kemudian datang lagi seorang konsumen yang ingin dibuatkan topi bayi dengan model sama seperti yang pertama namun dengan tambahan sebuah bunga rajut dan daun sebagai pemanis yang diletakkan di tepi topi. Apakah harga jualnya akan tetap sama Rp.50.000,-?
Bertanya harga pada sesama perajut tentu tidak ada salahnya. Saya pribadi bukan tidak pernah kesulitan atau tidak pernah galau menentukan harga. Takut kemahalan, atau kayaknya kok kemurahan, si A aja jual segini, tapi kok si B jualnya sekian? Pertanyaan terselebung seperti itu pasti pernah muncul di hati dan benak perajut. Tetapi ada baiknya apabila kalian, tidak mengandalkan harga jual oranglain sebagai acuan. Kalian tentu tidak tau persis, kalau mungkin saja si A belanja benangnya sekalian banyak dan karena itu dapat diskon khusus. Atau si B mungkin punya pengrajin rajut yang dibayar dengan upah yang sangat murah untuk menghasilkan produk. Dan kalau kalian meng-klaim bahwa produk kalian tidak pasaran, kenapa harus mencari tau berapa harga pasaran atau harga standar dari produk yang akan kalian buat?
Setiap perajut punya jam terbangnya sendiri. Misal, perajut newbie mungkin rela banting harga jual sebuah bross rajut mawar dengan harga Rp.2.000,-/pcs demi supaya cepat balik modal dan terus melanjutkan hobi. Tetapi apabila terus mempertahankan harga tersebut kemudian orderan datang melimpah, apa perajut tersebut tidak jadi kehabisan tenaga dan waktu yang berkualitas untuk menyelesaikan pesanan? Sebaliknya, perajut yang sudah punya jam terbang tinggi, tentu akan lebih bijak menentukan harga jual karena dalam harga jual mereka menyelipkan serangkaian harga untuk membuat modalnya kembali, ditambah upah pengerjaan, upah memikirkan pola, upah pemasaran dll.
Sebagai gambaran kasar, begini kurang lebihnya cara saya menentukan harga jual untuk sebuah sweater rajut untuk bayi usia 0-3bulan:
Untuk sebuah sweater bayi, saya membutuhkan 3 gulung benang (opsional, tergantung model dan tusukan yang dipakai), dengan jenis benang soft cotton acrilyc seharga Rp.17.500,-/gulung, dibeli secara online dengan ongkos kirim Rp.15.000,-/kg (cukup untuk 10glg benang). Pola sweater tersebut, saya dapatkan secara gratis dengan cara search di internet (entah fb, google, pinterest, dll).
Maka harga jual yang akan saya kenakan adalah sbb:
(jumlah material yang dibutuhkan x harga material) x 3 + ongkos kirim yang dibutuhkan untuk berbelanja = harga jual satuan
(3 x Rp.17.500) x 3 + Rp.4.500 = Rp.162.000,-
Dengan rincian sbb:
Angka 3 adalah total jumlah benang yang saya butuhkan untuk mengerjakan sweater
Angka Rp.17.500,- adalah harga satuan benang
Angka Perkalian tiga, timbul karena saya menginginkan sbb:
>> perkalian pertama adalah cara saya membalikkan modal
>> perkalian kedua adalah upah saya mengerjakan sebuah project
>> perkalian ketiga adalah upah tambahan yang akan saya pakai untuk mengemas produk tersebut (termasuk didalamnya adalah label produk, plastik opp, amplop pengiriman, tenaga atau waktu yang dikeluarkan untuk mengirim produk, biaya pemasaran untuk internet, dan yang terakhir adalah diskon yang harus dikeluarkan kalau-kalau yang order adalah orang dekat seperti saudara atau teman. Diskon, tentu tidak boleh lebih dari modal utama ditambah upah pengerjaan ya).
Angka Rp.4.500,- muncul karena sewaktu saya belanja benang, ongkos kirim yang dikeluarkan adalah Rp.15.000,-/kg untuk 10gulung benang. Tetapi karena yang saya pakai hanya 3gulung, maka hasil yang keluar adalah (Rp.15.000,- / 10) x 3 = Rp.4.500,- untuk menghemat ongkos kirim, sebaiknya belanjalah sekaligus sesuai quota ongkos kirim.
Dan hasil akhirnya adalah Rp.162.000,- disini, kalian bebas membulatkannya ya. Boleh dibulatkan kebawah maupun keatas. Perkalian tiga yang saya gunakan di atas, tentu bisa saja berubah menjadi perkalian empat kalau dirasa ketika kita mencari pola, ternyata butuh banyak waktu dan menghabiskan quota internet, misal karena pola yang dibutuhkan hanya ada di youtube sehingga ketika kita menyimak pola dan tutorialnya akan sangat menghabiskan biaya internet. Atau bisa saja menjadi perkalian lima, apabila setelah pola dipraktekkan, tusuk yang dipakai terlalu rumit sehingga menghabiskan waktu untuk menyelesaikan.
Sekali lagi, perajut tentu punya kebebasan dalam menentukan harga jual karena pengerjaannya tentu mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran dalam memadukan tusukan atau warna dalam sebuah proyek.
Dari gambaran saya di atas, saya harap bisa sedikit membantu cara perajut menentukan harga jual. Harga adalah relatif bagi setiap individu. Mahal atau murahnya, tentu bergantung pada kemampuan finansial dan cara pandang setiap orang dalam menilai sebuah seni dan kerajinan tangan. Tetaplah merajut dan menghasilkan karya <3
Untuk Pemesanan RajutMerajut by +Norika Ayu Dewi
Kontak salah satu layanan chat:
085712422253 /wasap, no calls
rajutmerajut /line
BBM pin via PM
Atau kunjungi
rajutmerajut.com | instagram norikadewi untuk update terbaru
Untuk Pemesanan RajutMerajut by +Norika Ayu Dewi
Kontak salah satu layanan chat:
085712422253 /wasap, no calls
rajutmerajut /line
BBM pin via PM
Atau kunjungi
rajutmerajut.com | instagram norikadewi untuk update terbaru